17.“rahmat507 kaya hati"
Bismillahirrahmaanirrahiim
Ya Allah, Engkau Yang Maha Adil, Engkau Yang Maha Melihat dan hanya kepada-Mu-lah kami mohon bimbingan agar selalu lapang dalam kebaikan, Amiin.
Salam dan shalawat bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang telah mengajarkan islam dan mencontohkan akhlak mulia kepada kami.
Rumah ummul Mukminin Aisyah adalah tempat tinggal dan tempat berlindung seorang pemuka umat manusia, Muhammad SAW. Di dalam rumah itu tidak ada kekayaan yang berlimpah, tidak ada benda-benda mewah, tidak pula kehidupan yang sejahtera, dan Aisyah sendiri tidak pernah memperdulikan hal-hal yang fana ini.
Seperti diketahui, Islam merupakan agama yang menggabungkan antara dunia dan akhirat. Hal-hal yang berkenaan dengan hakikat kesejahteraan dan kebaikan, tidak lain karena hal tersebut sesuai dengan fitrah dan karakter asli manusia.
Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Setiap kali hendak masuk ke dalam rumah, Rasulullah berhenti sejenak dan mengucapkan hadits qudsi ini, “Jika seorang anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta, niscaya dia menghendaki lembah yang ketiga, padahal mulutnya akan penuh berisi tanah. Dan Kami tidak menciptakan harta benda kecuali untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, Allah akan memberi taubat siapa saja yang bertaubat.”
Tujuan beliau mengulang-ulang hadits ini adalah untuk memperingati keluarganya akan kefanaan dan kebinasaan dunia, disamping juga untuk merendahkan kedudukan dan nilai harta dalam hati.
Nabi Muhammad SAW tidak kaya harta namun kaya hati, karena dengan hatilah, kebaikan dan keburukan itu dijalankan.
Tidak ada larangan ketika seorang keluarga muslim menghias rumah dengan pantas namun tidak berlebih-lebihan, namun hiasan itu jangan sampai membuat lalai akan aturan Allah SWT, seperti shalat, zakat, puasa dan ber haji.
Namun berapa banyak hamba Allah SWT terlena dengan kehidupan dunia, membanggakan harta, sibuk memperindah rumah, namun lupa untuk memperindah hati, Astaghfirullah.
Sudah cukup dana untuk menunaikan ibadah haji, namun lebih senang menunda bahkan tidak memikirkannya. Jangankan pergi haji, melaksanakan shalat saja masih belum.
Rasulullah pernah bersabda kepada Aisyah, “Jihad perempuan adalah haji.” Dan menjadikan wajib ketika dana yang dimiliki sudah bisa memberangkatkannya pergi haji.
Banyak hamba yang sudah menyiapkan diri dengan cara menabung rutin, sehingga mendapat kemudahan.
Dan menjadi ilmu, bahwa bukan saja dana yang menjadi penyebab utama, mampunya seorang hamba bisa menunaikan ibadah haji. Setelah ada izin dari Allah, niat berangkat dan kesiapan mental juga harus dipersiapkan.
Bagi yang sudah berkesempatan pergi haji, pasti ada keinginan untuk pergi lagi, hanya saja perlu dipertimbangkan karena quota yang terbatas yang ditetapkan pemerintah, maka dahulukan saudara yang lain yang belum pernah pergi haji.
Bismillahirrahmaanirrahiim
Ya Allah, Engkau Yang Maha Adil, Engkau Yang Maha Melihat dan hanya kepada-Mu-lah kami mohon bimbingan agar selalu lapang dalam kebaikan, Amiin.
Salam dan shalawat bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang telah mengajarkan islam dan mencontohkan akhlak mulia kepada kami.
Rumah ummul Mukminin Aisyah adalah tempat tinggal dan tempat berlindung seorang pemuka umat manusia, Muhammad SAW. Di dalam rumah itu tidak ada kekayaan yang berlimpah, tidak ada benda-benda mewah, tidak pula kehidupan yang sejahtera, dan Aisyah sendiri tidak pernah memperdulikan hal-hal yang fana ini.
Seperti diketahui, Islam merupakan agama yang menggabungkan antara dunia dan akhirat. Hal-hal yang berkenaan dengan hakikat kesejahteraan dan kebaikan, tidak lain karena hal tersebut sesuai dengan fitrah dan karakter asli manusia.
Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Setiap kali hendak masuk ke dalam rumah, Rasulullah berhenti sejenak dan mengucapkan hadits qudsi ini, “Jika seorang anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta, niscaya dia menghendaki lembah yang ketiga, padahal mulutnya akan penuh berisi tanah. Dan Kami tidak menciptakan harta benda kecuali untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, Allah akan memberi taubat siapa saja yang bertaubat.”
Tujuan beliau mengulang-ulang hadits ini adalah untuk memperingati keluarganya akan kefanaan dan kebinasaan dunia, disamping juga untuk merendahkan kedudukan dan nilai harta dalam hati.
Nabi Muhammad SAW tidak kaya harta namun kaya hati, karena dengan hatilah, kebaikan dan keburukan itu dijalankan.
Tidak ada larangan ketika seorang keluarga muslim menghias rumah dengan pantas namun tidak berlebih-lebihan, namun hiasan itu jangan sampai membuat lalai akan aturan Allah SWT, seperti shalat, zakat, puasa dan ber haji.
Namun berapa banyak hamba Allah SWT terlena dengan kehidupan dunia, membanggakan harta, sibuk memperindah rumah, namun lupa untuk memperindah hati, Astaghfirullah.
Sudah cukup dana untuk menunaikan ibadah haji, namun lebih senang menunda bahkan tidak memikirkannya. Jangankan pergi haji, melaksanakan shalat saja masih belum.
Rasulullah pernah bersabda kepada Aisyah, “Jihad perempuan adalah haji.” Dan menjadikan wajib ketika dana yang dimiliki sudah bisa memberangkatkannya pergi haji.
Banyak hamba yang sudah menyiapkan diri dengan cara menabung rutin, sehingga mendapat kemudahan.
Dan menjadi ilmu, bahwa bukan saja dana yang menjadi penyebab utama, mampunya seorang hamba bisa menunaikan ibadah haji. Setelah ada izin dari Allah, niat berangkat dan kesiapan mental juga harus dipersiapkan.
Bagi yang sudah berkesempatan pergi haji, pasti ada keinginan untuk pergi lagi, hanya saja perlu dipertimbangkan karena quota yang terbatas yang ditetapkan pemerintah, maka dahulukan saudara yang lain yang belum pernah pergi haji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda