21."rahmat512 kehangatan"
Bismillahirrahmaanirrahiim
Ya Allah, rasa syukur akan ilmu yang terus Engkau Curahkan yang pasti manfaat dan membawa kebaikan bagi kami sekeluarga, Alhamdulillah.
Salam dan shalawat bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang telah mengajarkan islam dan mencontohkan akhlak mulia kepada kami.
Dalam perjalanan ke kantor, mampir ke rumah ibu, mengambil HP suami yang ketinggalan. Selintas melihat berita di sebuah stasiun TV ada penyanyi terkenal digugat cerai oleh istrinya, Astaghfirullah, penyanyi yang berpenampilan sholeh, lagunya juga sangat religius, yang membawa pendengarnya hanyut mendekat pada Allah SWT.
Karena bukan penikmat maniak acara TV kecuali acara keagamaan dan berita jam 17.30, 18.00, 19.00, boleh dibilang jarang nonton TV. Bukan suatu kebetulan, terkadang ada berita yang membuat emosi ikut bermain, seperti berita tersebut diatas.
Perceraian?, apakah harus ditempuh, apakah usaha sudah maksimal dilakukan untuk menghindar dari perpisahan, Astaghfirullah. Apakah semakin banyak pasangan yang belum memahami hakekat pernikahan itu apa sih ya? Lebih mengedepankan egois, sehingga tidak mau saling belajar dan memahami pasangannya?
Begitu rentankah nilai sebuah pernikahan?
Setelah mendengar berita diatas, Allah SWT menuntun membaca sebuah surat khabar tertanggal 16 Nopember yang masih tersimpan di mobil karena judulnya menarik dan ingin baca isinya, dan ini beberapa kalimat awal yang tertulis:
Sampai hari ini setelah hidup bersama sebagai istri selama .. tahun, X tidak pernah merasakan apa arti hidup bahagia. Memang dari segi materi dapat dikatakan cukup berlimpah, tetapi dari segi mental X benar-benar terpuruk. Kecuali perlakuannya terhadap X, suami X pun tidak peduli akan kebutuhan kehangatan kasih yang X dambakan. Kalaupun X bertahan dalam perkawinan ini hanyalah karena ketiga anak saya.
Suami X memang pengusaha yang berhasil, tetapi dia sangat egois dan kalau bicara atau berkomentar seenak sendiri, sama sekali tidak memperhatikan perasaan orang lain, apalagi terhadap X dan anak-anaknya. Yang amat X sesali adalah dia begitu kejam terhadap anak laki-laki nomor satu. Sejak sekitar usia anak dua setengah tahun, kalau anak nakal (yang sebetulnya kenakalan biasa atau agak rewel, sakit idak enak badan), maka tanpa segan anak disabet dengan lidi sampai badan bilur-bilur, dan mengakibatkan trauma, takut akan sosok ayahnya.
Tidak untuk menyudutkan peran seorang suami, dan kejadian ini tidak dialami semua suami, karena masih banyak suami yang sholeh dan mampu menuntun keluarganya ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Kehidupan rumah tangga dibangun oleh suami dan istri. Tidak mudah untuk menyamakan jalan, namun dengan bicara, saling mendengarkan maka dicari jalan keluar dengan kesepakatan, saling menghargai pendapat dan konsisten menjalankan hal yang telah disepakati.
Tapi seberapa jauh, suami istri peduli akan keterbukaan, disibukkan dengan urusan dunia pekerjaan, sehingga terabaikan urusan utama yang ada dalam rumah tangga.
Ada seorang teman baik, akhir-akhir ini wajahnya tidak ceria, kenapa ya?, kalau ditelusuri bisa jadi ketidak harmonisan hubungan dengan istrinya, disaat suami ada persoalan di kantor, istri kurang bisa mendampingi karena istri sibuk berorganisasi.
Hal ini bisa dibicarakan, mencari waktu untuk berkomunikasi, dan seharusnya ada kepekaan dari seorang istri akan masalah yang dihadapi suami.
Belum lagi ada pernyataan dari para istri, koq ya sama seperti koor, istri A: udah ngetop lupa, istri B: dulu miskin yang menamani siapa, sekarang kaya, lupa, istri C: baru mulai ngetop aja sudah belagu.
Dan bukan harta yang berlimpah saja yang diharapkan suami istri, tapi kehangatan, kasih sayang, perhatian, kepedulian yang harus lebih dikedepankan.
Semoga suami dan istri saling terbuka untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginan masing-masing pasangan, Insya Allah.
Bismillahirrahmaanirrahiim
Ya Allah, rasa syukur akan ilmu yang terus Engkau Curahkan yang pasti manfaat dan membawa kebaikan bagi kami sekeluarga, Alhamdulillah.
Salam dan shalawat bagi junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang telah mengajarkan islam dan mencontohkan akhlak mulia kepada kami.
Dalam perjalanan ke kantor, mampir ke rumah ibu, mengambil HP suami yang ketinggalan. Selintas melihat berita di sebuah stasiun TV ada penyanyi terkenal digugat cerai oleh istrinya, Astaghfirullah, penyanyi yang berpenampilan sholeh, lagunya juga sangat religius, yang membawa pendengarnya hanyut mendekat pada Allah SWT.
Karena bukan penikmat maniak acara TV kecuali acara keagamaan dan berita jam 17.30, 18.00, 19.00, boleh dibilang jarang nonton TV. Bukan suatu kebetulan, terkadang ada berita yang membuat emosi ikut bermain, seperti berita tersebut diatas.
Perceraian?, apakah harus ditempuh, apakah usaha sudah maksimal dilakukan untuk menghindar dari perpisahan, Astaghfirullah. Apakah semakin banyak pasangan yang belum memahami hakekat pernikahan itu apa sih ya? Lebih mengedepankan egois, sehingga tidak mau saling belajar dan memahami pasangannya?
Begitu rentankah nilai sebuah pernikahan?
Setelah mendengar berita diatas, Allah SWT menuntun membaca sebuah surat khabar tertanggal 16 Nopember yang masih tersimpan di mobil karena judulnya menarik dan ingin baca isinya, dan ini beberapa kalimat awal yang tertulis:
Sampai hari ini setelah hidup bersama sebagai istri selama .. tahun, X tidak pernah merasakan apa arti hidup bahagia. Memang dari segi materi dapat dikatakan cukup berlimpah, tetapi dari segi mental X benar-benar terpuruk. Kecuali perlakuannya terhadap X, suami X pun tidak peduli akan kebutuhan kehangatan kasih yang X dambakan. Kalaupun X bertahan dalam perkawinan ini hanyalah karena ketiga anak saya.
Suami X memang pengusaha yang berhasil, tetapi dia sangat egois dan kalau bicara atau berkomentar seenak sendiri, sama sekali tidak memperhatikan perasaan orang lain, apalagi terhadap X dan anak-anaknya. Yang amat X sesali adalah dia begitu kejam terhadap anak laki-laki nomor satu. Sejak sekitar usia anak dua setengah tahun, kalau anak nakal (yang sebetulnya kenakalan biasa atau agak rewel, sakit idak enak badan), maka tanpa segan anak disabet dengan lidi sampai badan bilur-bilur, dan mengakibatkan trauma, takut akan sosok ayahnya.
Tidak untuk menyudutkan peran seorang suami, dan kejadian ini tidak dialami semua suami, karena masih banyak suami yang sholeh dan mampu menuntun keluarganya ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Kehidupan rumah tangga dibangun oleh suami dan istri. Tidak mudah untuk menyamakan jalan, namun dengan bicara, saling mendengarkan maka dicari jalan keluar dengan kesepakatan, saling menghargai pendapat dan konsisten menjalankan hal yang telah disepakati.
Tapi seberapa jauh, suami istri peduli akan keterbukaan, disibukkan dengan urusan dunia pekerjaan, sehingga terabaikan urusan utama yang ada dalam rumah tangga.
Ada seorang teman baik, akhir-akhir ini wajahnya tidak ceria, kenapa ya?, kalau ditelusuri bisa jadi ketidak harmonisan hubungan dengan istrinya, disaat suami ada persoalan di kantor, istri kurang bisa mendampingi karena istri sibuk berorganisasi.
Hal ini bisa dibicarakan, mencari waktu untuk berkomunikasi, dan seharusnya ada kepekaan dari seorang istri akan masalah yang dihadapi suami.
Belum lagi ada pernyataan dari para istri, koq ya sama seperti koor, istri A: udah ngetop lupa, istri B: dulu miskin yang menamani siapa, sekarang kaya, lupa, istri C: baru mulai ngetop aja sudah belagu.
Dan bukan harta yang berlimpah saja yang diharapkan suami istri, tapi kehangatan, kasih sayang, perhatian, kepedulian yang harus lebih dikedepankan.
Semoga suami dan istri saling terbuka untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginan masing-masing pasangan, Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda